SANTRI PERTANIAN DIGITAL BELAJAR HIDUP DARI BACKPACKER DI BANDUNG
2025-10-14

Di Pesantren Bisnis SMK Skill Village Islamic School Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas. Sekolah berbasis pesantren ini memiliki program non-formal bernama “Backpacker”, sebuah kegiatan lapangan yang dirancang untuk melatih mental, kemandirian, dan jiwa kewirausahaan para santri.
Program ini bukan sekadar perjalanan, tapi latihan nyata agar setiap santri mampu menghadapi dunia luar dengan bekal keterampilan yang sudah diasah, Dalam program ini, aku memang tidak ditemani guru di lapangan, tetapi sebelumnya telah dibekali dengan pelatihan mulai dari kemampuan komunikasi, skillage quantum, pengelolaan produk, hingga praktik DUDI dan Design Product.
Aku, santri kelas XI dari jurusan Pertanian Digital, menjadi salah satu yang berkesempatan mengikuti program ini. Awalnya, aku hanya ingin mencari pengalaman baru dan membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku bisa hidup mandiri di kota orang. Karena membawa produk dari jurusanku, aku pun menambahkan misi pribadi: menjual pupuk di Bandung sambil mencari tempat tinggal ala backpacker.
Kupikir perjalanan ini hanya sebatas urusan bertahan hidup dan berdagang. Namun ternyata, langkah kecil yang berawal dari rasa penasaran berubah menjadi pengalaman besar yang membuka mataku tentang kerja keras, persahabatan, dan rasa syukur.
Bertemu Rumah dan Ladang di Bandung
Setelah berkeliling dan bertanya ke sana-sini, aku akhirnya bertemu seorang warga Bandung yang dengan ramah menawarkan tempat tinggal. Ia tidak hanya memberikan atap untuk berteduh, tetapi juga membuka pintu kehidupannya, memberiku kesempatan ikut terlibat langsung dalam aktivitas pertanian di lahannya. Tanpa banyak pertimbangan, aku pun mengiyakan.
Empat hari tinggal di rumah warga itu benar-benar jauh dari bayangan wisata Bandung pada umumnya. Tak ada factory outlet, tak ada kuliner hits. Sebaliknya, aku bangun lebih pagi dari biasanya, menghirup aroma tanah basah, dan menghabiskan hari-hari di tengah lahan pertanian luas tempat seluruh kegiatan dimulai.
Belajar Traktor Pertama Kali
Awalnya aku hanya berniat menjual pupuk. Tapi pemilik lahan justru mengajakku sekalian mencoba mengoperasikan traktor. Jujur, aku ragu. Sebagai anak yang lebih terbiasa memegang keyboard daripada tuas besi, pikiranku penuh bayangan: berat, berisik, susah dikendalikan.
Namun semua prasangka itu hilang ketika aku menekan pedal gas untuk pertama kalinya. Getaran mesinnya terasa seperti pijatan halus, bukan ancaman. Kemudinya ringan, tuasnya responsif, dan dengan sedikit arahan aku sudah bisa membajak sepetak lahan tanpa masalah. Suara roda besi yang menggulung tanah, aroma solar tipis bercampur udara sore semuanya menciptakan rasa bangga yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Ternyata, alat berat pun bisa bersahabat jika kita mau mengenalnya.
Ketika Tuan Rumah Jadi Sahabat
Yang membuat pengalaman ini semakin berkesan adalah sosok pemilik lahan itu sendiri. Ia tidak memperlakukanku sebagai tamu, melainkan sebagai saudara. Di ladang, ia menjadi mentor yang sabar. Di luar kerja, ia menjadi teman ngobrol yang hangat.
Perbincangan kami sering kali sederhana tentang harga pupuk, musim tanam, atau harapan terhadap masa depan pertanian. Namun dari sana aku belajar banyak tentang kerendahan hati, kerja keras, dan bagaimana orang-orang desa menjaga hubungan mereka dengan tanah.
Aku pun sadar, kami sama-sama berada di awal perjalanan. Ia baru memulai kariernya sebagai petani, dan aku baru memulai langkahku memahami dunia pertanian digital. Dua orang asing yang dipertemukan bukan karena kebetulan, melainkan karena semangat yang sama untuk tumbuh.
Pelajaran dari Tanah Bandung
Selain belajar mengoperasikan traktor, aku juga belajar memakai mesin air, mesin pemotong rumput, hingga membuat guludan dengan pacul di tangan sendiri. Lelahnya memang ada, tapi bahagianya jauh lebih besar.
Dari hasil pupuk yang laku dan sedikit upah membantu di lahan, aku pulang bukan hanya membawa uang, tapi juga membawa pelajaran hidup: bahwa kerja keras tidak selalu tentang hasil besar, melainkan tentang keberanian memulai. Kadang kita datang dengan tujuan sederhana, namun pulang dengan makna yang jauh lebih besar.
Bandung, dengan segala ketenangan dan keramahan orang-orangnya, sekali lagi menunjukkan caranya membuat orang jatuh cinta bahkan lewat deru traktor dan segenggam tanah.
Nilai dari Perjalanan Ini
Program Backpacker Jurusan bukanlah perjalanan iseng. Ini adalah bentuk pembelajaran khas Di Pesantren Bisnis SMK Skill Village Islamic School Jonggol, Bogor, Jawa Barat, di mana santri tidak hanya diajarkan keahlian, tetapi juga dibentuk menjadi pribadi mandiri, komunikatif, dan tangguh menghadapi kehidupan nyata.
Bagiku, setiap langkah di luar kelas adalah bagian dari Pendidikan, dan bagiku, tanah Bandung menjadi saksi bahwa belajar bisa datang dari mana saja asal kita mau membuka diri.
Berita Selengkapnya

Admin
17-05-2025
Dari Nol Jadi Bisa: Kisah Santri Jurusan PPLG yang Kini Mahir Membuat Tampilan Website
Selengkapnya
Admin
17-05-2025
Villa Skillage: Produk Santri Pesantren Bisnis SMK Skill Village yang Menginspirasi
Selengkapnya
Admin
17-04-2025
Yang Lain Belajar Velocity, Santri Pesantren Bisnis Skill Village Belajar Digital Branding di Sosial Media!
Selengkapnya
Admin
21-03-2025
Gak Perlu Jago Gambar, Bikin 3D di SketchUp Itu Gampang! Webinar Gratis oleh Santri Skill Village Islamic School
Selengkapnya
Admin
20-03-2025